JAKARTA,investor.id-Pemain operator satelit di Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Satelit Seluruh Indonesia (ASSI) telah menyiapkan kapasitas satelit dengan peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan ini didorong oleh perkembangan teknologi satelit baik High Troughput Satellite (HTS) maupun konstelasi satelit Non-Geostationery Orbit (NGSO).
“Dengan bervariasinya layanan satelit tersebut, memberikan kesempatan bagi para customer untuk memilih sesuai preferensinya,” kata Ketua Umum ASSI Anggoro Kurnianto Widiawan dalam konferensi pers di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (4/6/2024).
Telkomsat, misalnya, pada 2024 ini akan memiliki total 45 Gbps kapasitas satelit GSO (Satelit Merah Putih, HTS-113BT, Apstar-5D, Mysat-1) dan 180 Gbps kapasitas satelit NGSO (Starlink). Kapasitas tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan beberapa sektor yang meliputi ISP, pemerintah, banking & enterprise, sekolah, rumah sakit, serta wholesale kepada operator telekomunikasi lainnya.
Sementara PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) melihat broadband market masih sebagai salah satu pasar yang menjanjikan bagi operator satelit. Sebagai strategi dalam memenuhi kebutuhan pasar tersebut, PSN akan menyediakan 165 Gbps kapasitas satelit GSO (Nusantara-1 dan Satria-1) serta rencana peluncuran satelit NUSANTARA-5 dengan kapasitas satelit sebesar 165 Gbps untuk memenuhi kebutuhan pasar di wilayah Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
“Kapasitas tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan beberapa sektor yang meliputi penyedia layanan internet (ISP), pemerintah, banking dan enterprise, sekolah, rumah sakit, serta wholesale kepada operator telekomunikasi lainnya,” ujar Anggoro.
Sementara itu, ada pula operator-operator yang juga telah merencanakan beberapa terobosan, misalnya melakukan roll-out untuk layanan sistem NGSO-nya, dan bersiap masuk ke dalam pasar enterprise, government, dan military, termasuk telah melakukan trial untuk beberapa use case seperti cellular backhaul, ERP system, mobility and emergency response, maritime, dan IoT.
Anggoro juga mengingatkan, masa depan bisnis konektivitas satelit masih menyimpan potensi yang sangat besar. Dia menyontohkan sektor maritim di Indonesia, dimana dengan keberadaan 17.000 pulau dan letak geografis yang unik akan menjadi tantangan tersendiri bagi jaringan terestrial tradisional.
“Dengan demikian, komunikasi satelit akan menjadi solusi penting untuk memastikan konektivitas yang baik di seluruh wilayah maritim terpencil,” ungkap Anggoro.
Akan tetapi, lanjut Anggoro, persebaran layanan satelit di sektor maritim saat ini masih terkendala beberapa hal, yaitu biaya operasional yang tinggi dan kebutuhan peralatan yang menyesuaikan dengan wilayah laut.
“Oleh sebab itu, semangat saling membantu mencari solusi, baik terkait penyesuaian teknologi, juga regulasi yang mungkin saja bisa menjadi jalan tengah bagi keberlangsungan ekosistem bisnis satelit secara menyeluruh,” tegas Anggoro.
Editor: Emanuel (eman_kure@yahoo.com)
Source: investor.id